Catatan sebelum perjalanan.
Sehari sebelum meninggalkan Jakarta
saya berkeliling sekitaran Jakarta Timur dan Bekasi lalu terakhir ke Jakarta
Selatan. Menempuh jalan-jalan yang sering dilewati sebelumnya membangkitkan
perasaan melankolia. Semacam ada kenangan yang tertinggal disetiap
kilometernya. Jalan yang mungkin akan saya lewati satu tahun lagi.
Bangun jam tiga subuh lalu bersiap
berangkat menuju stasiun Pasar Senen dari Cibubur. Keluar dari komplek
perumahan Legenda Wisata yang penuh kelengkapan sambil menyetir Honda Freed bang Nova.
Kantuk sesekali datang namun suara musik dari radio kembali menyadarkan bahwa
suatu perjalanan telah dimulai.
Jam lima subuh keriuhan sudah
berlangsung di stasiun, antrian kendaraan dan ratusan penumpang berdesakan
menunggu keberangkatan dan baru pulang dari perjalanan. Porter berebutan
menawarkan jasa, tukang ojek dan sopir taksi memanggil-manggil mencari penumpang.
Setelah tiket kereta dicetak saya berpamitan dengan bang Nova. Mantan pimpinan
yang sangat dekat dan banyak memberi bantuan yang mengantarkan saya pagi buta
ke stasiun.
Dalam kereta saya melanjutkan tidur
yang masih kurang, saat bangun di daerah sebelum Subang mata dimanjakan oleh
pemandangan hijau padi yang baru ditanam dan gunung di kejauhan. Aliran air empang yang berwarna coklat dan geliat petani mencangkul sawah mengingatkan saya
pada kehidupan di kampung.
Dalam kereta saya duduk di
samping Ibu dan anaknya yang baru pulang dari Jakarta untuk menghadiri nikahan
saudaranya. Ketika saya tanyakan bagaimana pendapat mereka selama liburan di
Jakarta, mereka mengeluhkan macet dan banjir dekat tempat tinggal mereka di
kawasan Mangga Dua. Dua hal yang telah saya alami selama dua tahun tinggal di
Jakarta. Setelah mereka turun di Cirebon di samping saya duduk rombongan
anak-anak SMA kelas 3 yang ingin berlibur ke Semarang. Ketika saya tanya “Mau
menginap di mana?”, mereka menjawab “di mana saja dan kemungkinan besar di
Masjid”. Jawaban mereka membuat saya tergelitik, karena suatu hari saya mungkin
akan menjawab hal yang sama ketika ditanya orang lain saat perjalanan nanti.
Bercerita dengan anak-anak SMA tadi
menggiring pikiran saya pada waktu yang akan datang. Apa yang akan saya lakukan
nanti selama perjalanan, tidur di mana, bekerja apa dan berapa lama melakukan
perjalanan. Pertanyaan-pertanyaan itu sampai saat ini hanya bisa saya jawab
sampai di kota pertama, yaitu Malang. Di sana nantinya saya akan menginap di
kontrakan teman kuliah waktu di Padang dulu, akan berjualan pakaian anak-anak
dan kerudung, dan rencananya akan tinggal sekitar satu-dua minggu. Begitulah
rencana saya untuk kota pertama dalam perjalanan ini.
Semarang tidak saya sebut sebagai
kota yang termasuk dalam rute perjalanan, sebab Semarang sudah seperti rumah kedua. Di sini saya akan bertemu adik dan teman-teman dekat. Menginap di
tempat-tempat yang sebelumnya sudah sering ditempati dan makan di tempat makan
yang dulu sering dikunjungi. Tembalang, lingkungan selama kurang lebih dua
tahun ditempati telah berubah. Tembalang semakin padat dan bersolek dengan
bangunan baru, jalan-jalan semakin diperluas dan padat oleh kendaraan, serta
tempat-tempat yang berganti fungsi dari sebelumnya. Saya mengandaikan seperti
itulah diri saya sekarang. Saya perlu bersolek dengan pengalaman-pengalaman
baru, pikiran harus dibuka untuk menerima kenyataan-kenyataan yang semakin
bertambah, dan beberapa pandangan dan sikap perlu diperbaharui dan diganti
untuk terus bertahan. Semuanya akan dimulai melalui perjalanan ini. Keliling
Indonesia.
Selasa, 30 Desember 2014
0 comments:
Posting Komentar