Sejauh
apapun kamu berjalan, jarak tidak akan selesai engkau tempuh, waktu tidak akan
terasa cukup untuk dihabiskan. Tapi engkau bisa mengingat sejauh apa telah
berjalan dan selama apa waktu kau habiskan.Tulisan ini menjadi satu tanda
pengingat dalam perjalanan saya. Mengingat jauh perjalanan yang telah saya
tempuh, lama waktu yang telah saya habiskan, dan hal-hal apa saja yang telah
saya dapatkan.
Foto oleh kang Dede |
Meninggalkan
Semarang bagaikan meninggalkan rumah kedua, karena di sana saya tinggal selama
dua tahun. Berkembang bersama dengan teman-teman dari Hysteria dan Lacikata dan
sama-sama menjalani hidup di perantauan dengan keluarga Ikatan Mahasiswa Minang Semarang. Selain itu
saya juga meninggalkan Ijran, adik kandung saya yang masih kuliah di Undip. Merekalah yang juga turut mendukung perjalanan ini. Selain musibah,
jarak yang jauh akan memberi tahu siapa yang benar-benar menjadi temanmu.
Sebulan
perjalanan ini telah memberikan pengalaman dan pelajaran yang banyak. Selain
pelajaran yang diambil dari pengalaman, ada juga pelajaran yang benar-benar
diajarkan oleh orang lain. Saya belajar memasak samba lado tanak, masakan khas Minang dari Jeni, teman yang memberi
tempat tinggal di Malang. Belajar melukis dari mas Salim, pelukis di jembatan
penyeberangan pasar Singosari, hingga saya dapat memberi hadiah pada seorang
teman dengan karya sendiri. Belajar seni tawar-menawar dari da Eri, penjual
obat kosmetik di Malang. Dan sekarang saya sedang belajar tentang mengelola
bisnis rental kendaraan dan tour travel dari mas Bayu, owner By Tripphoria di
Bali.
Saya
bisa menempuh perjalanan sejauh ini, menulis dan menceritakannya juga berkat
bantuan banyak orang. Notebook saya bisa lancar tersambung dengan wifi setelah
diinstall ulang oleh Ivan, lulusan SMK yang sedang mencari pekerjaan sewaktu di Malang. Mas Bayu yang mengizinkan saya
tinggal di rumahnya dan menggunakan kendaraannya untuk mengunjungi
tempat-tempat di Bali, serta orang-orang yang sudah saya ceritakan sebelumnya.
Semenjak
memulai perjalanan, banyak hal yang berubah pada diri saya. Perut saya sekarang
tidak hanya diisi oleh masakan Padang seperti biasanya. Saya tidak lagi
memilih-milih makanan, karena bagi saya saat ini hanya ada dua jenis makanan,
yaitu: makanan yang enak dan makanan yang enak banget. Deodorant saya sudah
berganti dari yang semprot jadi roll on, pasta gigi khusus jadi pasta gigi
biasa, dan sabun cair jadi sabun batangan. Hakikat dari kebutuhan menjadikan
semua itu masih dapat membuat saya nyaman dan bahagia selama perjalanan ini.
Selain itu sekarang saya juga lebih berani berbicara bahasa Inggris dengan
bule-bule yang saya temui di Bali, sebelumnya saya sangat takut melakukannya.
Perubahan
yang terjadi dalam diri saya tidak hanya mengenai kebiasaan dan barang-barang
yang saya gunakan. Perubahan mendasar yang saya rasakan saat ini adalah hidup terasa
lebih sederhana dan lebih mudah bahagia. Saya selalu bersyukur dan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah saya terima. Saya begitu mudah untuk bahagia
sekalipun oleh hal-hal kecil dan saya merasa lebih bersosial dengan kehidupan
sekarang. Kebahagiaan terbesar tidak lagi datang jika keinginan-keinginan
memiliki barang-barang tertentu terpenuhi, misalnya memiliki jam tangan mahal,
pakaian bagus, atau kendaraan keren yang sebelumnya menghantui pikiran saya.
Saya
merasa telah berkecukupan dalam hidup saat ini dengan memiliki beberapa potong
pakaian, sepotong sleeping bag, dua pasang sepatu yang mulai robek, sepasang
sandal, satu notebook, dua handphone yang satunya dapat menghubungkan ke
internet, dan dua tas untuk membawa semuanya. Keinginan untuk mengganti semua
yang saya miliki di atas dengan yang lebih bagus masih begitu kecil saat ini,
tapi mimpi untuk memiliki yang lebih bagus tetap saya pelihara. Merasa telah
berkecukupan menguasaai diri saya saat ini, mengalahkan perasaan merasa
kekurangan yang sering terjadi sebelumnya.
Sendirian
melakukan perjalanan ini membuat saya dapat lebih bebas berjalan dan mengenal
orang banyak. Tidak ada muncul rasa kesepian, karena dari setiap orang yang
ditemui dapat terciptan hubungan yang dekat dan percakapan yang hangat. Ada
keluarga-keluarga baru yang saya dapatkan dan saling memberi kabar, dan ada
teman-teman baru untuk berbagi kisah.
Yang
ada dalam pikiran saya sekarang adalah bisa terus melanjutkan perjalanan, mendapatkan
banyak pengalaman dan pelajaran, berkenalan dan menjalin hubungan baik dengan
orang lain sebanyak-banyaknya, mengunjungi tempat-tempat baru dan indah di
Indonesia, berbagi lewat tulisan dan foto, memiliki akses internet yang lancar,
serta ingin selalu bahagia.
Kamu
bisa berjalan sejauh-jauhnya sampai ke ujung bumi, kamu juga bisa berpetualang
selama-lamanya sampai mati, tapi kamu akan jadi sia-sia jika tidak belajar dan
berubah dari perjalanan itu.
Sabtu,
31 Januari 2015. Bali
0 comments:
Posting Komentar