Perjalanan (v): Sebelum
memulai banyak kendala yang akan terlihat, setelah memulai banyak kemudahan
yang dapat dirasakan.
Hari
kedua di Lombok saya mendapat kesempatan mengunjungi pantai Kuta dan
sekitarnya. Ditempuh selama tiga puluh menit perjalanan dari rumah bang Irpan
di daerah Penujak, dengan motor pinjaman dari bang Irpan dan ditemani anak
pertamanya Hendra yang sekaligus jadi guide perjalanan.
Menemukan
pantai Kuta tidak perlu takut kesasar, karena dari bandara hanya ada satu jalur
ke arah selatan yang langsung menuju ke sana. Jalan yang tidak begitu besar
namun mulus seperti paha dedek gemes ibu kota akan memanjakan perjalananmu.
Di sepanjang jalan masuk menuju pantai Kuta sudah banyak warung makan, pakaian, aksesoris, cafe, papan selancar, hotel, bungalow dan cottage. Suasana yang dapat menunjukkan kalau pantai ini memiliki pengunjung yang banyak. Menyusuri pantai ke arah timur adalah perjalanan yang dapat memakan waktu cukup panjang, karena banyak pantai dan tempat menarik lainnya akan ditemukan. Landmark pantai Kuta Lombok adalah tempat favorit pertama bagi pengunjung untuk mengambil foto, mungkin sebagai jejak bahwa telah mengunjunginya. Pantai Kuta hanya agak ramai di dekat landmarknya, ke sisi timurnya begitu sepi.
Banyak
tempat yang lebih menarik di sekitar pantai Kuta, terus ke arah timur akan
ditemukan bukit-bukit hijau kecil yang dapat didaki untuk melihat lekuk pantai
dari ketinggian, gradasi warna air laut, belaian angin sejuk, serta pemandangan
hijau yang belum compang-camping oleh bangunan-bangunan beton. Jelajahlah
sepuasnya karena keindahan punya interpretasi tersindiri dalam menikmatinya.
Di
pantai Seger ada patung Putri Maladika yang menjadi cerita rakyat dari
masyarakat Lombok. Putri cantik yang menceburkan diri ke laut untuk menghindari
terjadinya perang antara kerajaan-kerajaan yang mengutus pangeran mereka untuk
menikahinya. Konon ceritanya putri ini menjelma menjadi cacing atau nyale setelah
mencebur ke laut. Kejadian ini dirayakan sekali setahun dengan tradisi Bau Nyale atau menangkap nyale sekitar
bulan Februari atau Maret tiap tahunnya.
Tanjung
Aan akan menunggu di depan ketika perjalanan diteruskan ke arah timur. Ombak
kecil, pasir putih di pantai yang landai, jauh dari keramaian akan memanjakan pandangan
dan perasaanmu. Pantai Batu Kotak dan Pantai Batu Payung merupakan interpretasi
atas bentuk-bentuk batu yang sekalian dijadikan nama tempatnya terletak
bersebelahan dengan tanjung Aan.
Banyak
keindahan dan keunikan lain yang dapat ditemukan dan dinikmati di daerah sekitar
pantai Kuta seperti hijaunya sawah-sawah di pinggir pantai, struktur unik dari
bukit-bukit batu kecil, sepakbola bule yang separoh timnya perempuan berseragam
lengkap, pohon kelapa yang berdiri rapi, rombongan kerbau dengan bunyi gentong
yang bertalu-talu, dan keunikan lain yang dapat kau temukan setelah
mengunjunginya. Suatu komposisi sempurna dari keindahan dapat dinikmati dari
sini. Mungkin karena itu biaya parkir di sini rata-rata lima ribu rupiah setiap
sepeda motornya.
Jumat,
13 Maret, 2015. Lombok
P.S: Sekarang saya tinggal di Rumah Singgah Lombok Backpacker, bertemu dengan banyak teman dari berbagai daerah dan jalan-jalan ke tempat indah di Lombok. Satu pesan yang cukup menarik adalah "Jangan buru-buru ke Gili Trawangan". Tentang jalan-jalan ke tempat-tempat indah lainnya akan jadi postingan selanjutnya dan alasan dari pesan di atas, jadi jangan dulu ke Gili Trawangan sebelum baca postingan selanjutnya.
Satu kata buat anda "PEMBERANI", keliling Indonesia juga masuk impian terbesar saya, tapi belenggu kasat mata masih membelit diri. Semoga suatu saat saya bisa mengikuti jalan mas Guri Ridola. Dan tentunya semoga mas Guri selamat selama perjalanan hingga menemukan jalan pulang kerumah...
BalasHapusAyo dimulai saja jalannya, Iesta. Ketakutan harus dilawan.
BalasHapusTerima kasih doanya, semoga kamu bahagia selalu..
Curang euy ke Pantai Seger :( belum kesana.
BalasHapusAduh memang banyak alasan utk kembali ke Lombok ya. Hhe.
Isna belum menuliskan cerita perjalanan kemarin euy.
Hhe.
Salam u Rumah Singgah Kak :)
Aku diam-diam meninggalkan sepasang sendal jepit di sana. Supaya dipakai siapapun menjelajah Lombok lbh luas terlebih dahulu kemudian akunya. Haha.
Ayo Isna ditulis dong cerita perjalanannya, termasuk yang ke Gili Kondo kemarin. Aku iri lihat foto-foto kalian yang pakai GoPro yang disimpan di notebookku.
BalasHapus