Tulisan
ini berawal dari ingatan tentang Langbuana, Langbuana adalah nama untuk motor
matic yang digunakan mbak Leah Saklidudenov selama solo traveling Banyuwangi-Flores. Menurut mbak Leah, nama itu
berasal dari kata “melanglang buana” yang ditemuinya dalam suatu bacaan. Karena
motor matic itu digunakannya untuk menjelajah alias melanglang buana maka
lekatlah nama Langbuana. Saat menempuh perjalanan berjam-jam, Langbuana menjadi
teman berceritanya, kepalanya dibelai sebagai permintaan maaf jika masuk jalan
jelek, dan mendapat kecupan hangat saat sampai tujuan. Benda mati yang dimiliki
serasa hidup dan memiliki hubungan emosional, begitulah kekuatan sebuah nama.
Nama
mengandung banyak arti, bisa jadi nama sebagai latar belakang peristiwa,
harapan dan doa, atau perlambangan seperti keberuntungan, kebijaksanaan, dan
lain sebagainya. Forrest Gump memberi nama Jenny untuk kapal penangkap udangnya
sebagai pengingat kepada gadis pujaannya, Tom Hanks juga memberi nama Wilson pada
bola voli untuk diajak berbicara saat ia terjebak dalam film Castaway. Tidak
hanya makluk hidup yang layak diberi nama, benda-benda yang kita milikipun
berhak untuk diberi nama. Karena itu saya juga memberi nama pada benda-benda
yang saya miliki sekarang.
Red
Shawsank
Redemption adalah salah satu film favorit yang telah saya tonton berulang kali
yang sampai saat ini masih memiliki rating tertinggi di IMDB. Red adalah salah
satu tahanan yang bisa menyelundupkan barang-barang ke dalam penjara, mulai
dari rokok, martil, whiski sampai poster-poster wanita sensual. Morgan Freeman
sebagai pemeran Red menciptakan karakter yang berwibawa, disegani, dan yang
paling penting adalah dibutuhkan.
Red
versi saya selama ini telah “menyelundupkan” informasi dari luar seperti hasil
pertandingan bola, politik yang membosankan, info tentang makan siang
teman-teman dan kapan mereka tidur dan bangun, beberapa kali video-video sensual,
serta juga membantu dalam menentukan arah kiblat yang benar. Iphone 4 G yang
saya beli pada akhir 2013 mendapat nama Red sesuai dengan karakternya. Red juga
bisa menjadi modem bagi notebook untuk memuat tulisan ini, karena itu perannya
sangat dibutuhkan. Warnanya yang hitam bisa disamakan dengan warna kulit Morgan
Freeman, tanpa bermaksud SARA namun mereka sama-sama diberi nama Red.
Supertramp
Di
luar kesadaran saya secara langsung atau tidak, film Into the Wild mungkin
telah mensugesti saya untuk melakukan petualangan. Sekitar tahun 2009 setelah
menonton film Into the Wild pertama kalinya, saya menulis status di Facebook
yang kiranya seperti “Saya ingin menari di alam bebas, terjun dari ketinggian,
mendaki gunung, melintasi batas-batas
wilayah, berteriak di padang rumput, dan bertemu dengan orang-orang baru”.
Semua hal itu dilakukan oleh Alexander Supertramp yang merupakan nama bagi
dirinya sendiri sebagai ganti Christopher Johnson McCandless yang diberikan
orang tuanya.
Alexander
Supertramp melakukan perjalanan ke Alaska sebagai perlawanan atas sikap orang
tuanya. Perlawanan atas rasa nyaman dan kemapanan dalam lingkungannya.
Supertramp merasa begitu bahagia menjalani kehidupan bebas selama
petualangannya, walaupun berat badannya turun dan hidup dalam keterbatasan.
Supertramp menjadi nama bagi sepasang sepatu yang saya bawa selama perjalanan.
Sneakers
Converse KW yang saya beli seharga 110 ribu di Tanah Abang telah menemani saya
sejak pertengahan 2014. Selama ini tiga botol super glue telah
dihabiskannya untuk merekatkan bagian-bagian yang sering lepas terutama
alasnya. Saya menggunakannya untuk kegiatan harian selama di Jakarta dan juga
pada saat-saat tertentu selama perjalanan keliling Indonesia. Walaupun lemnya
sudah lepas di beberapa bagian, namun masih nyaman untuk digunakan. Bahagia
dalam kebebasan menjadikan Supertramp cocok untuk nama satu-satunya sneakers
yang saya miliki sekarang.
Hermione
Perempuan
cerdas dan cantik dalam serial Harry Potter sangat menarik perhatian. Cantik
dan cerdas sepertinya sudah menjadi bagian dari kehidupan Emma Watson dalam
film maupun kenyataannya. Hermione Granger seringkali menjadi rujukan dalam
setiap misteri atau masalah. Dia dapat menghapal mantra dengan cepat dan punya
insting tajam.
Saya
selalu menulis catatan selama perjalanan, selain untuk berbagi cerita juga
sebagai pengingat hal-hal apa saja yang telah saya alami dan lakukan. Tidak
hanya dalam bentuk tulisan, foto-foto juga saya simpan sebagai pengingat dan
penanda dari setiap perjalanan. Semua itu saya lakukan dengan Notebook Acer
Aspire One 10 inch yang saya beli pada akhir 2014. Notebook seken yang saya
beli seharga 1,4 juta ini sangat membatu selama perjalanan, termasuk dalam
menulis catatan ini.
Beberapa
catatan yang menjadi panduan selama perjalanan juga tersimpan dalam notebook
ini. Catatan yang menjadi referensi bersama peta setiap provinsi yang akan saya
datangi. Ketika saya tidak menulis atau membaca catatan, notebook ini akan
menemani saya dengan koleksi film yang telah
disiapkan dari awal, dan tambahan dari beberapa teman yang ditemui
selama perjalanan. Saya menyukai perempuan cantik yang cerdas mungkin sedikit
terobsesi, karena itu Hermione saya pilih sebagai nama dari notebook ini.
Mr. Fredericksen
Mr.
Fredericksen adalah tokoh kakek tua dalam film animasi Up. Sejak masih
kanak-kanak dia sudah punya impian untuk berpetualang sampai ke Paradise Falls.
Impian yang terus dipupuk sejak dia bertemu dengan Ellie teman masa kecil yang
jadi istrinya. Mereka menabung untuk mencapai impian masa kecil, namun beberapa
musibah mengharuskan tabungan mereka digunakan untuk hal lain. Sampai akhirnya
Ellie meninggal dunia, impian untuk mendirikan rumah di tebing Paradise Falls
masih belum terpenuhi.
Pada
saat Mr. Fredericksen akan dibawa ke panti jompo, beliau menerbangkan rumahnya
dengan menggunakan ribuan balon gas. Pada usia tuanya Mr. Fredericksen dapat
memenuhi impian masa kecilnya dengan dibantu Russel, bocah pramuka yang
menyusup beberapa saat sebelum rumahnya terbang. Barangkali kisah ini hampir
sama dengan backpack a.k.a carrier yang saya bawa untuk keliling Indonesia.
Backpack
dengan merek Afater ini saya beli di jalan Surabaya, Jakarta Pusat seharga 200
ribu. Menurut penjualnya, backpack ini merupakan barang seken toko, artinya
barang lungsuran karena sudah lama tidak terjual dan ketinggalan mode. Saya
yakin backpack ini memiliki keinginan untuk berpetualang sejak diciptakan,
namun karena tidak ada yang membelinya, dia jadi tergantung di toko penjual
barang seken. Hal inilah yang membuat saya memberi nama Mr. Fredericksen pada
backpack yang di bagian dalamanya ada tulis Polo Afater, backpack tua yang akhirnya
ikut berpetualang.
Harold Crick
Menjalani
hidup dengan kegiatan yang sama selama 12 tahun, jumlah gerakan menyikat gigi
yang sama, selalu tidur pada jam 11.13, mengayunkan jumlah langkah yang sama
setiap berangkat ke kantor, menghabiskan secangkir kopi dengan waktu yang sama
setiap harinya, serta segala rutinitas lain yang dilakukan dengan waktu dan
cara yang sama dari hari ke hari. Begitulah karakter Harold Crick dalam film
Stranger Than Fiction.
Hidup
dalam rutinitas sebagai pekerja yang dituntut mematuhi semua aturan yang telah
dibuat. Pada akhirnya satu momen terjadi seakan membangkitkan Harold dari mimpi
buruk rutinitas. Keluar dari segala keteraturan yang pernah dijalani membuat
hidupnya lebih berwarna, lebih menantang, lebih bahagia walaupun ada yang harus
dikorbankan. Seperti daypack Everki
yang saya beli via online shop pada awal 2014. Sehari-harinya tas ini mengikuti
kegiatan saya sebagai karyawan, berisikan bahan-bahan pekerjaan dan ikut
terjebak dalam rutinitas.
Sekarang
daypack ini menemani perjalanan saya menikmati keindahan alam Indonesia. Isinya
tidak lagi bahan-bahan pekerjaan, melainkan barang yang sering dibutuhkan
selama perjalan seperti perlengkapan mandi, sarung, topi, laptop, buku tulis
dan bacaan, charger HP, dan cadangan uang. Karena itu pada bagian talinya
beberapa jahitan sudah mulai terlepas. Saya berharap Harold Crick ini mampu
bertahan sampai akhir perjalanan keliling Indonesia, sekitar akhir tahun ini
atau awal tahun depan.
Lieutenant Dan
Keterbatasan
kadang memang dapat menimbulkan keminderan dan rasa frustasi, tapi keterbatasan
tidak akan mampu menghalangi suatu keberhasilan. Lieutneant Dan adalah mitra
Forrest Gump dalam Bubba Gump Shrimp yang meraih kesuksesan dengan kapal
penangkap udang, dan kembali merasakan kebahagiaan dalam hidupnya walaupun
kehilangan kedua kakinya. Lieutenant Dan bagai perwujudan dari suatu
kebangkitan setelah jatuh dan terpuruk.
Pada
awal 2012 saya meminjam sepatu boots teman kost untuk datang ke suatu
acara musik di Semarang. Ketika sampai
di rumah saya mendapati alas sepatu sudah pecah dan hancur, padahal sepatu itu
baru saja dibeli teman dari security kampusnya. Saya mengganti biaya pembelian
sepatu dan mengambil sepatunya untuk diperbaiki. Setelah alasnya diganti sepatu
itu kembali bisa digunakan dan kaki seperti lebih macho saat memakainya.
Kejadian inilah yang menjadikan boots yang saya pakai selama perjalanan ini
dinamakan Lieutenant Dan.
Murphy, Amel, dan Cinta
Satu-satunya
film yang mampu membuat air mata saya berlinang ketika menontonnya adalah
Interstellar, dan saya yakin bukan menjadi satu-satunya, barangkali kalian juga
merasakannya. Murphy atau Murph gadis kecil yang cerdas harus merasakan
kesedihan karena ditinggalkan ayahnya ke luar angkasa. Kemungkinan kembali yang
belum bisa dipastikan begitupun dengan waktunya. Saya diberi oleh-oleh topi
Eiger warna coklat hitam yang oleh Irviene, seorang perempuan cerdas yang sekarang
bekerja di Jakarta. Topi yang menjadi hadiah pada awal perjalanan ini saya
namakan Murphy, karena alasan yang sentimentil seperti perpisahan dalam
Interstellar.
Saya
bukanlah penggemar sinetron atau acara infotaiment, namun mengamati beberapa
artis ketika menonton tivi cukuplah menarik. Beberapa kali melihatnya tampil
dalam acara tivi, bolehlah saya disebut sebagai fans-nya. Amel Carla artis
cilik yang lucu dan cerdas. Saya suka melihatnya tampil di tivi karena
tingkahnya yang lucu, cerdas, dan yang terpenting tetap dalam konteks
anak-anak. Teman-teman saya selama perjalanan banyak mengatakan kalau topi yang saya beli seharga 18 ribu di pusat
oleh-oleh Krisna ini lucu dan unyu. Karena itu topi warna biru dengan motif
bunga saya beri nama Amel.
Menurut
saya salah satu film Indonesia yang legendaris adalah AADC. Film yang dapat
membuat anak muda pada jamannya rajin menulis puisi dan berkirim kata-kata
indah kepada pasangannya. Karakter Cinta yang keras dan cerdas bagai menjadi suatu
role model bagi perempuan. Tentu saja lebih menarik ketika Cinta membaca puisi.
Topi coklat tua ini diberikan oleh sahabat saya Vivi Andriani yang juga
merupakan penyair dan memiliki karakter yang keras. Cinta saya jadikan nama
untuk topi ini sebagai pelengkap nama perempuan untuk tiga topi yang saya
miliki sekarang.
Baymax
Sebuah
robot diciptakan untuk mendeteksi dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Kadang
penyembuhan sakit tidak hanya berasal dari obat-obatan, suatu pelukan hangat
dapat menenangkan kegelisahan dan menyembuhkan sakit yang dirasakan. Begitulah
karakter Baymax dalam film Big Hero 6 yang berasal dari tim superhero Marvels
Comics.
Sleeping
bag Rei yang saya beli dari hasil jualan pakaian di jembatan penyeberangan
pasar Singosari, Malang, tidak hanya saya pakai saat tidur, tapi juga sebagai
obat. Ketika meriang atau demam saya menghindari minum obat, saya lebih memilih
sembuh dengan cara memaksakan diri olahraga, atau mandi subuh cukup lama, dan
membungkus diri dalam sleeping bag dengan baju dua sampai tiga lapis
hingga keluar keringat banyak. Sleeping
bag ini juga bisa dijadikan bantal
atau selimut selama perjalanan. Karena fungsinya sleeping bag ini saya
beri nama Baymax, penyembuh rasa sakit dan penyedia pelukan hangat.
***
Semua
barang di atas adalah barang-barang yang saya bawa selama perjalanan keliling
Indonesia sejak 1 Januari kemarin. Barang-barang yang menghadirkan cerita dan
membantu saya menulis cerita perjalanan ini. Bagaimana dengan anda, sudahkah
memberi nama pada barang-barang yang dimilikinya?
Saya
yakin anda juga sudah ada yang memberi nama untuk barang-barang kesayangannya.
Karena dengan memberi nama untuk barang-barang dapat menciptakan hubungan
emosional, bukan hanya sekadar hubungan antara pemilik dan dimiliki. Silahkan
share nama barang-barang kesayangan anda di kolom komentar di bawah ini.
P.S: Sejak dua minggu yang lalu saya tinggal di dusun Tololai, desa Mawu, kecamatan Tololai, kabupaten Bima. Setelah postingan Catatan Bulan Ketiga Perjalanan, cerita saya akan banya diisi oleh keadaan dan tempat-tempat yang telah saya kunjungi di sini.
Samaan gur..
BalasHapussaya juga ada beberapa benda kesayangan yg dikasih nama.. tapi namanya nggak kebarat2an.. yg membumi aja.. :)
Siti untuk motor tiger 200 dengan box givi di belakang yg jadi motor pertama menemani perjalanan ke rumah-kantor-rumah jaman masih di indosat dulu.
Susy Bohay untuk motor Suzuki Bandit 400cc full paper pengganti Siti
MinakDjinggo untuk motor Suzuki Bandit full paper lainnya yg cuman sebentar nemenin Susy Bohay karena diboyong sama kawan di daerah BSD
Hatori untuk Kawasaki ninja 250cc sebagai pengganti MinakDjinggo. Sekarang Hatori dirawat sama Rio Bekasi.
Nadia untuk 1 set stereo Hi-Fi (CD player, PreAmp, Amplifier) merek NAD (New Accoustic Dimension) yg dipacari sama momon
Momon adalah speaker floorstand merek Monitor Audio type BX5 yg setia nempel terus sama Nadia
Bagong untuk subwoofer yamaha yst-sw015. Tadinya bagong bersuara untuk home theater tapi sekarang dia mendampingi dan melengkapi momon untuk nada rendahnya.
Baru itu aja sih gur sampai saat ini.
Serunya punya benda yg dikasih nama membuat mereka lebih hidup.. lebih dijaga.. lebih terawat.
Semoga benda2 kesayanganmu itu tetap terawat dan setia menemani sampai akhir perjalananmu keliling indonesia.
Beberapa nama di atas rasanya saya pernah melihat seperti Hatori, Nadia, Momon, dan Bagong, tapi saya penasaran bangat dengan Sussy Bohay. Apakah itu yang di foto profil saat seminar dulu pak?
BalasHapusSaya merasakan kalau benda-benda jadi lebih hidup sejak diberi nama, ada komunikasi yang tercipta dari penamaan tersebut. Semoga mereka tetap setia menemani perjalanan saya. Terima kasih doanya pak Iwan.
Semoga makin sukses.