Selama
tiga bulan perjalanan ini saya merasa ada tiga hal yang begitu berkesan. Pada
bulan pertama saya merasa baru menemukan apa yang saya cari, bulan kedua saya
mengetahui apa yang seharusnya saya lakukan, dan bulan ketiga ini saya memahami
bagaimana seharusnya saya melakukan sesuatu.
Ketika
tinggal di Rumah Singgah Lombok Backpacker saya bercerita dengan Mamak dan
Bapak pemilik rumah. Satu kalimat yang masih saya ingat sampai sekarang adalah “Keikhlasan
itu bukan dibuktikan dari kamu mengatakan ‘saya iklas’ ketika memberi atau
melakukan sesuatu, tapi keikhlasan itu akan terlihat pada kebahagiaan
orang-orang yang diberi atau dibantu”.
Kalimat
di atas sering melayang-layang dalam pikiran saya, lalu menimbulkan pertanyaan
“Apakah saya ikhlas melakukannya (kegiatan yang bersifat membantu)?”
dilanjutkan oleh pertanyaan “Bahagiakah mereka (orang yang dibantu)?”. Lalu
timbul juga pikiran lain yang mengatakan ketika dua pertanyaan di atas tidak
muncul maka saat itulah saya benar-benar ikhlas melakukan sesuatu.
Tulisan
ini tidak akan membahas lebih dalam apa itu keihklasan dan bagaimana selayaknya,
karena saya tidak mau menjadikannya semacam perdebatan yang tiada ujung tanpa
ada perubahan dalam tindakan. Karena tulisan ini semacam pengingat pada tiga
bulan perjalanan dan kesan apa yang paling membekas, maka perihal keikhlasanlah
yang begitu membekas dan kata-kata Mamak di atas yang paling sering teringat.
Kesan dan kata-kata yang menciptakan pemahaman tentang bagaimana saya melakukan
sesuatu, dan ini begitu tepat momennya dengan kegiatan saya sekarang.
Sejak
dua minggu terakhir saya mengajar di MIS Darul Ulum, dusun Tololai, desa Mawu,
kecamatan Ambalawi, kabupaten Bima. Saya datang ke sini untuk mengajar secara
sukarela untuk memenuhi keinginan yang muncul sejak tahun lalu ketika melihat
profil sekolah ini tayang di Net TV. Saya mengajar matematika, bahasa
Indonesia, IPA, IPS, dan berbagi ilmu tentang kepemimpinan dengan pimpinan
sekolah.
Mengajar
di sini adalah salah satu tujuan destinasi dari perjalanan keliling Indonesia
yang sedang saya lakukan. Saya senang mengajar dan berbagi ilmu dengan
siswa-siswa dan guru-guru di sini. Perihal ikhlas biarlah menjadi urusan Tuhan.
Saya hanya berharap ilmu siswa-siswa di sini menerima ilmu yang saya berikan
dan mereka bahagia menerimanya, begitu juga untuk guru-gurunya.
Memasuki
bulan keempat perjalanan keliling Indonesia, seiiring dengan tulisan ini dimuat
judul Blog ini juga berganti termasuk tagline-nya. “Ayo Keliling Indonesia:
jika kamu bosan kerja atau putus cinta” sudah menjadi sejarah blog ini lahir.
Alasan bosan kerja dan putus cinta yang sebelumnya menjadi salah satu alasan
dari perjalanan ini sudah tidak eksis lagi. Perjalanan mulai membuka mata, membuka
hati, dan membuka pikiran saya. Pencarian dapat selalu membuatmu terus berjalan
dan menikmatinya, namun pelarian hanya akan membuatmu lepas sementara sebelum
dihinggapi rindu yang mendera. Karena itu judul blog ini diganti menjadi
Keliling Indonesia: buka mata, buka hari, buka pikiran.
Selasa,
30 Maret 2015. Bima
Mantap, semangat uda
BalasHapusditunggu cerita2 berikutnya
:)
Siaaap, Suci
BalasHapusamazing uda, salam kenal :D
BalasHapusSalam kenal Yulia. Semoga kabar baik dan bisa terus jalan-jalan.
BalasHapus:") 😍 ❤
BalasHapus:) :) :)
BalasHapus