Berjalan
sendiri tidaklah benar-benar sendiri. Nalurimu akan menuntun kepada suatu
pertemanan. Kamu dapat bertemu dengan siapapun dalam keadaan apapun.
Berbincang-bincang hangat ataupun bepergiaan bersama. Kelonggaran waktu dan tujuan
dapat memudahkan langkahmu. Mungkin inilah bagian dari seni berjalan sendiri.
Perjalanan
akan mempertemukanmu dengan siapapun, baik yang bisa diduga maupun tidak. Bulan
Agustus adalah bulan ke delapan dalam perjalanan keliling Indonesia yang sedang
saya lakukan. Pada bulan ini saya banyak sekali bertemu dengan orang-orang
baru. Baik mereka yang saya kenal di jejaring sosial--khususnya Instagram--
maupun yang belum kenal sama sekali.
Awal
Agustus saya ikut kapal pak Hussen lalu berlanjut ke kapal bang Ary hingga
dapat melakukan perjalanan selama Lima Hari Tiga Malam. Di kapal pak Hussen
saya berkenalan dengan bang Syafri, guide
asli Flores yang secara tidak langsung mengajari saya ilmu tentang tour guide
di Flores. Selanjutnya bertemu bang Reno dari Dolan Karo Konco yang hampir
setiap bulannya mengadakan trip ke Flores. Beliau juga tidak sungkan berbagi
ilmu tentang trip dan penyelenggaraannya.
Agustus
terus bergerak. Pertemuan demi pertemuan terjadi berikutnya. Selanjutnya saya
bertemu dengan rombongan travel blogger dari Jakarta. Uni Evi, mbak Donna, mbak
Yeyen, dan bang Zoffar. Memiliki kesempatan untuk menemani mereka jalan-jalan
ke Goa Batu Cermin lalu dilanjutkan ke Puncak Sylvia. Serta berkenalan dengan
beberapa orang lainnya selama perjalanan seperti Faiz, Luki, dan Aldi yang jago
main ukulele.
Pada
akhir minggu pertama Agustus saya diajak ngopi oleh duo Salam Ransel yaitu Asti
dan Ovela. Sebelumnya saya hanya mengenal mereka dari Instagram seorang teman,
khususnya tato peta Indonesia di tangan Ovela yang pernah diposting Devanosa.
Mereka adalah organizer yang selalu membuka trip ke Flores dan menetap di
Labuan Bajo.
Minggu
kedua Agustus saya memulai perjalanan baru ke Kampung Komodo. Mengajar bahasa
Inggris dasar di SD N Kampung Komodo sebagai pengajar sukarela. Perjalanan ini
membawa ke pertemuan dengan orang-orang baru yang menjadi keluarga di Kampung
Komodo seperti pak Raco, pak Usman, pak Bahtiang, pak Efen dan banyak lagi yang
jika saya tuliskan tentu akan memenuhi paragaf ini hanya dengan nama
orang-orang.
Walaupun
tinggal di kampung Komodo yang jauh dari Labuan Bajo, pertemuan dengan
teman-teman lain terus berlanjut. Si Uga seorang teman di Instagram
menyempatkan diri untuk jalan-jalan di kampung Komodo dan mengajak
berbincang-bincang sambil ngopi di dermaga. Sebagai “penduduk baru” saya dapat
menemani Uga untuk jalan-jalan keliling kampung dan menjelaskan keadaan dan
keunikan kampung Komodo, serta bertemu beberapa pembuat patung komodo,
khususnya haji Nuhung—pembuat patung komodo pertama di kampung Komodo.
Walaupun
jejaring sosial kadang menjauhkan yang dekat, tapi saya akui juga dapat
mendekatkan yang jauh. Berawal dari saling follow dan berbalas komentar di
Instagram. Saya bertemu dengan tiga orang admin Travellerbaper dari Bandung.
Setelah berbagi informasi tentang kapal dan perjalanan selama di Labuan Bajo
akhirnya menemani perjalanan mereka selama dua hari terakhir mengunjungi
tempat-tempat indah di gugusan pulau Komodo. Mereka juga bersama rombongan
lainnya sebanyak sepuluh orang—Harival, Raissa, Asha, Baday, Dian, Nadiyya,
Onix, Galva, Peri, dan Eza.
Menjelang
akhir Agustus pertemenan di Instagram juga mempertemukan saya dengan Ayu.
Karena hasrat ingin mengunjungi tempat-tempat indah di gugusan pulau Komodo,
gadis asal Bali ini nekat datang dan menyewa kapal sendirian. Saya menemani Ayu
selama perjalanannya. Dalam perjalana tiga hari dua malam dengan Ayu, saya juga
bertemu dengan Ary—solo traveller dari Jakarta--di Gili Lawa, dan sempat juga
berkeliling Labuan Bajo dan ke air terjun Cunca Wulang pada hari terakhirnya di
Labuan Bajo.
Agustus
memang telah mempertemukan saya dengan banyak orang. Banyak kisah yang dapat
dibagi, banyak cerita yang dapat didengarkan, dan banyak pengalaman yag dapat
dinikmati. Barangkali semua nama-nama yang saya sebutkan di atas adalah
pengganti dari kehilangan satu nama pada Agustus ini. Pada akhirnya suatu
kehilangan selalu mendapatkan penggantinya. Terlalu melankolia dan terlalu kepo
tidak baik untuk kesehatan perasaan.
Tabik!
Kamis, 3 September 2015. Labuan Bajo
Mereka yang ada dalam cerita:
@dolankarokonco @salamransel @eviindrawanto @donnaimelda @yeyenmaelan @zoffarahmad @lukiputradita @aldiibab @ugaaanurfadhilah @harivalzayuka @ashadinatha @andhikabayu @raisarhmh @leonitangelina @fiknad @mpeew @diniauliad @mazagalva @ezariaserier @komangayutriadnyani @xaryyxx
Benar banget bahwa sebenarnya traveling solo itu tidak ada. Solo hanya saat berangkat dari rumah. Di jalan...ah siapa yg sanggup menolak tawaran persahabatan...terlalu indah untuk diabaikan...
BalasHapusKehadiran teman-teman di suatu tempat mungkin akan datang dan pergi. Namun kenangan kisah bersama mereka menetap :)
Bagus tulusannya, Guri :)
Benar banget bahwa sebenarnya traveling solo itu tidak ada. Solo hanya saat berangkat dari rumah. Di jalan...ah siapa yg sanggup menolak tawaran persahabatan...terlalu indah untuk diabaikan...
BalasHapusKehadiran teman-teman di suatu tempat mungkin akan datang dan pergi. Namun kenangan kisah bersama mereka menetap :)
Bagus tulusannya, Guri :)
Benar uni, tidak ada yang bisa menolak tawaran persahabatan. Perjalanan mengajarkan lebih jauh tentang artinya.
HapusTerima kasih telah mampir ke sini Uni.
Tabik..
Seru sekali perjalanannya, saya juga suka travelling bersama keluarga tercinta. Salam kenal dari Malang :-)
BalasHapusSalam kenal juga mbak ivonie.
HapusTerima kasih sudah berkunjung ke sini..
Seru yaaaa traveling ke flores ...
BalasHapusSeru banget, karena objek yang bisa dinikmati di sini sangat variatif, mulai dari bukit-bukit yang indah, bawah lau, komodo, serta perjalanannya itu sendiri yang dilakukan dengan kapal.
HapusMenyenangkan sekali bisa bertemu dg teman baru diperjalanan. Lebih terasa feel nya. Siapa tau jodoh terselip di salah satu nama it. Hihihi
BalasHapusBenar sekali mbak, orang-orang baru juga memberikan kejutan-kejutan tersendiri dengan berbagai macam cerita dan prilaku mereka.
HapusAku suka baca artikel iniii.
BalasHapusSalam kenal om :) . sayang kemaren tidak berkesempatan ikut ke labuan bajo bareng bunda evi dan lain lain huaaah T_T
Hallo mbak Astari,
HapusSalam kenal juga yah, mungkin di lain kesempatan kita dapat bertemu.
the perks of traveling, ketemu teman baru, ketemu keluarga baru, dan kadang... dapet jodoh baru (based on true story) eheheh~
BalasHapusBener banget. Apalagi udah banyak orang-orang yang udah membuktikannya. Saya sangat percaya hal ini juga. Hahahaha
HapusSaya benar-benar terinspirasi, tergugah. Ada semangat yang bercabang menjadi banyak kebaikan: persahabatan, ketabahan, ketulusan, dan semangat untuk berpikir positif bahwa Tuhan akan selalu bersama pejalan. Yang dititipkan dalam rupa teman-teman baru, orang lokal dan sebagainya.
BalasHapusSekali lagi, salut :)
Pertemuan adalah berkah dari perjalanan, dan pertemuan adlaah hal yang tidak bisa dihindari selama perjalanan.
Hapus