Percayakah
kau, kepingan surga itu benar-benar ada di Indonesia?
Senja yang mengucapkan selamat datang di Raja Ampat |
Mimpi menjadi
kenyataan. Kalimat
itulah yang langsung hadir dalam pikiran saya, ketika tiket kapal Pelni rute
Ambon-Sorong sudah di tangan. Papua, khususnya Raja Ampat sudah terasa dekat.
Sebelumnya Papua terasa begitu jauh, dan menjejakkan kaki di Raja Ampat bagai
suatu mimpi. Tiket kapal Pelni seharga dua ratus enam puluh ribu akan mengantarkan
mimpi pada kenyataan. Satu kesimpulan baru saya dapatkan, jika suatu tempat
terlalu jauh menurutmu, datangilah kota sebelumnya, maka tempat itu akan terasa
lebih dekat.
Entah
yang keberapa kalinya doa Ibu saya terkabulkan—saya tidak mau menyebutnya
keberuntungan—sesampainya di Waisai saya dapat jemputan gratis dari Devanosa.
Tujuan saya memang ke tempat dia tinggal di pulau Gam, Raja Ampat, dan pada
hari yang sama dengan kedatangan saya, dia mengantarkan tamu ke Waisai. Kami berbelanja
bahan makanan untuk seminggu di Pasar Ikan, Waisai, setelah itu long boat membawa kami melintasi
perairan Raja Ampat yang diselimuti warna keunguan. Langit bermotif awan dengan
warna kemerahan. Matahari seakan tidak sabar meninggalkan garis cahaya di
permukaan laut. Keadaan ini sedikit mengobati resah karena demam sejak dari Ambon.
Kami
sampai di homestay di pulau Gam saat
malam seutuhnya berjubah hitam. Bintang-bintang tergantung rendah di langit, seakan
bisa dipetik dari atas bukit. Debur ombak yang lembut mengisi suasana malam.
Suara merdu kicauan burung mulai terdengar sejak subuh dan menjadi alarm paling
sopan yang membangunkan dari tidur. Dari depan homestay, matahari mengucapkan selamat pagi dengan cahaya keperakan
di permukaan laut. Laut yang bersih dengan pasirnya yang putih bisa direnangi kapanpun saya mau. Begitu sempurna
keindahan dan ketenangan di sini.
Setelah kesehatan pulih, saya baru dapat berjalan lebih
jauh di sini. Mengunjungi Pasir Timbul, Yenbuba, Sauandarek, Arborek, dan
Sawinggrai. Perbedaan snorkeling di
tempat-tempat di atas dengan tempat-tempat yang pernah saya kunjungi, adalah terumbu
karangnya yang tumbuh rapat, padat, dan sehat, serta jenisnya yang sangat
beragam. Begitupun dengan ikan-ikan yang saya lihat, jenis, jumlah dan
ukurannya lebih banyak dan lebih besar. Benar, jika orang mengatakan Raja Ampat
memiliki keindahan bawa laut yang luar biasa.
Suatu
pagi, setelah sholat Subuh, saya dan bapak Hengky masuk kehutan untuk melihat
burung cendrawasih yang memiliki nama lain Bird
of Paradise. Uniknya, burung ini hanya bermain di salah satu pohon saja,
yaitu pohon Bintanggo. Di ketinggian pohon yang betina tampak
mengibas-ngibaskan sayapnya yang berwarna merah kehitaman. Sedangkan pejantan
terbang berputar dan berpindah-pindah di sekitarnya. Suara mereka seakan
menjadi nada paling indah untuk memulai sebuah lagu.
Selain
burung cendrawasih, pengalaman paling berkesan datang dari burung kakak tua
raja. Saya bisa mengetahui jika dia sedang terbang, walaupun sedang di kamar,
berenang, atau bergelantungan di hammock,
desau angin terdengar dari kepak sayapnya yang memberi tahu keberadaan mereka. Wuuuooo...wuuuooo...wuuuooo...wuuuooo... Menjadi
suara yang sering saya tirukan setelah mereka
melintas.
Sore
terakhir sebelum meninggalkan pulau Gam, saya berenang sendirian di depan homestay. Bagian paling menyenangkan
adalah saat mengambang di permukaan laut sambil memejamkan mata. Saya
membiarkan arus membawa tubuh ini sesukanya. Sepasang kakak tua raja melintas,
saya tersenyum kali ini, tanpa menirukan suara kepak sayap mereka. Tidak ada
keriuhan kota, tidak ada bunyi klakson yang menghujat, tidak ada deru mesin
yang terburu-buru, tidak ada suara kerumitan di sini. Semua menjadi sederhana,
bagaikan hanya butuh secangkir kopi dan duduk di beranda untuk bahagia. Membenamkan diri ke hammock dengan buku di tangan menjadikan hari-harimu terselematkan. Tempat
ini menyediakan ketenangan sepanjang waktu. Saya mengucapkan syukur, masih
dalam keadaan memejamkan mata dan mengambang di permukaan.
Bintang-bintang
tergantung rendah di langit, seakan bisa dipetik dari atas bukit. Debur ombak
yang lembut mengisi suasana malam. Suara merdu kicauan burung mulai terdengar sejak
subuh dan menjadi alarm paling sopan yang membangunkan dari tidur. Dari depan homestay, matahari mengucapkan selamat
pagi dengan cahaya keperakan di permukaan laut. Laut yang bersih dengan
pasirnya yang putih bisa direnangi
kapanpun. Keadaan yang akan mengikat siapapun di sini. Tidak terasa saya sudah
enam belas hari di sini.
Tinggal
di pulau Gam, Raja Ampat menjadi menara keindahan selama perjalanan ini.
Keindahan yang paling tinggi dibandingkan keindahan di tempat-tempat lain. Mimpi
yang menjadi kenyataan itu indah. Sangat indah di Raja Ampat.
Sabtu,
5 Desember 2015. Friwen, Raja Ampat