Catatan pertama
perjalanan di Papua
Setelah
kehilangan, adalah waktu yang tepat untuk menyadari nilai sesuatu yang pernah
dimiliki, tapi terlambat.
Sesampainya
di Papua, lebih tepatnya di pulau Gam, Raja Ampat, saya terkapar. Dua hari
pertama, saya meringkuk dalam kantong tidur di atas ranjang yang ditutupi
kelambu biru muda. Keluar kamar hanya untuk buar air kecil dan mengambil
makanan di dapur, serta sesekali duduk di beranda untuk menyegarkan pandangan. Demam
yang terbawa dari Ambon mencapai puncaknya di sini. Kelelahan dan vertigo,
klaim suster yang memeriksa pada hari ketiga.
Sampai
hari ketujuh saya masih menghabiskan sebagian besar waktu di kamar. Kesehatan
pulih dengan perlahan. Obat penurun panas, vitamin, anti malaria masuk ke tubuh
tiga kali sehari, ditambah dengan sebuah mangga dan jeruk setiap harinya. Sampai
hari ketujuh, saya hanya menikmati tanah surga Papua di sekitaran homestay: kamar, beranda, dan pantai di
depannya.
Harga mangga ini bisa untuk membeli 2 buah mangga ukuran yang sama di Labuan Bajo |
Selain kesehatan, kesempatan adalah hal yang hilang pada saat ini. Kesempatan untuk menjelajah keindahan kepulauan Raja Ampat dan menikmati keindahan bawah lautnya.
“Lo kalau udah benar-benar sehat baru boleh jalan. Muka lo aja masih pucat, gue lihat” tanggapan @Devanosa ketika saya mengatakan ingin segera jalan-jalan. Devanosa adalah teman perjalanan yang merawat saya selama sakit, memasak makanan, mengingatkan minum obat, dan mencucikan semua pakaian.
Devanosa
juga mengalami penderitaan lain. Puluhan agas meninggalkan bekas gigitan di sekujur
tangan dan kakinya, benjolan-benjolan merah kecil, gatal dan bernanah, seperti
penyakit campak. Keadaan ini membuat kami lebih banyak menghabiskan waktu di
beranda homestay: membaca buku,
bercerita tentang perjalanan yang telah dilakukan, dan sesekali berkeluh kesah
tentang sakit di tubuh. Tidak ada yang lebih baik daripada berbagi dengan
seseorang yang memahami keadaan.
Sejak
senja pertama di atas long boat menuju pulau Gam, saya sudah merasakan
kedamaian dan ketenangan Raja Ampat.
Keadaan inilah yang membantu pemulihan. Udara segar yang bebas polusi,
ketenangan alamnya yang jauh dari keramaian, kehangatan penduduknya, dan keindahan pantai serta lautnya yang dapat membuat pikiran tenang, hingga bisa berkonsentrasi pada pemulihan. Saya meyakini pikiran adalah kekuatan utama
untuk kesehatan. Seperti yang pernah saya alami di Rinjani, tiba-tiba sakit di awal pendakian.
Modal, mental, dan fisik yang sehat adalah tiga hal yang sangat penting
disiapkan sebelum perjalanan. Kesempatan akan muncul dari tiga hal tersebut,
atau kesempatan akan hilang karena satu dari tiga hal itu tidak ada. Ke manapun
kamu akan berjalan, peliharalah pikiran dan kesehatan, serta tindakan.
Tabik!
Senin,
14 Maret 2016. Labuan Bajo
semoga sehat selalu mas guri biar bisa lanjut ke kalimantan.hehehehehe salam juga buat mbak dev. saya sering mantau ignya mas guri, mbak dev dan mas yudhi.heheheheh
BalasHapusAmiiin, terima kasih, mas. Salam kenal juga ya
Hapusalhamdulillah udah sehat ya mas guri, sekarang lagi di papua ya?
BalasHapusalhamdulillah udah sehat ya mas guri, sekarang lagi di papua ya?
BalasHapusJOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc