“Itu Tidore” telunjuk Acho mengarah
pada satu pulau di seberang.
“Dari sini (Ternate) ke Tidore
berapa lama?”
“Sepuluh menit”
“Ongkos nyeberangnya?”
“Kalau orangnya saja sepuluh ribu,
kalau motor dan orang dua puluh lima ribu”
“Besok ke sana yuk”
“Ayo”
Begitulah percakapan singkat saya
dan Acho sehari sebelum kami berangkat ke Tidore. Perjalanan dimulai secara
sederhana. Spontan. Tanpa rencana yang njelimet. Perjalanan ini seperti
mewakili diri saya. Karena itu tanpa perlu banyak alasan, saya begitu mencintai
perjalanan panjang yang telah jadi hidup ini. Tanpa terikat waktu ataupun
daftar-daftar tertentu. Saya percaya, di setiap langkahnya, perjalanan akan
menyingkapkan misterinya dan memberikan cerita yang berbeda.
Menjelang matahari tegak lurus di
atas kepala, kami telah sampai di dermaga penyeberangan. Perahu ke Tidore baru
akan berangkat jika jumlah motor yang akan mereka angkut telah mencapai 12
unit, motor kami adalah yang pertama mengantri. Tidak sampai setengah jam, dua
belas motor sudah terkumpul di bibir dermaga. Hal ini menandakan mobilitas
masyarakat Ternate-Tidore atau sebaliknya cukup tinggi.Karena itu ada kabar
yang berhembus akan dibangun jembatan yang menghubungkan Ternate dan Tidore.
Wow. Keren.
“Tidore itu tidak seramai Ternate”
kata-kata Acho sehari sebelumnya terbukti ketika kami melintasi jalanan di
Tidore. Jalanan terasa lapang karena jumlah kendaraan yang melintas sedikit.
Hal ini membuat berkendara di Tidore terasa sangat nyaman. Di tambah karena
kondisi jalan yang mulus, udara segar yang
berhembus dari laut, serta banyak pohon di kiri-kanan jalan. Rasanya
seperti berjalan di komplek perumahan mewah. Saya membayangkan nikmatnya
bersepeda atau lari di sini.
Tiba-tiba Acho menghentikan motor di
dekat tugu berbentuk buah cengkeh. Tidak terasa kami telah sampai di tujuan
pertama,benteng Tahula. Tangga menanjak berwarna hijau dengan kemiringan
sekitar tujuh puluh lima derajat harus dilewati untuk sampai di benteng. Butuh
perjuangan yang cukup berat untuk melewati tangga ini. Mungkin karena itulah
benteng ini dibangun di ketinggian, agar tidak mudah ditaklukkan.
Benteng Tahula selesai dibangun pada
1615 oleh Spanyol dan diberi nama
Santiago de los Caballeros de Tidore.Nama yang bagus, bukan. Terletak di
jalan Sultan Syaifuddin, desa Soa Sio, kecamatan Tidore. Benteng ini dibangun
untuk melindungi kapal-kapal mereka saat berlabuh di laut Tidore. Setelah
Spanyol meninggalkan Tidore, benteng ini dihancurkan oleh Belanda yang berkuasa
pada saat itu.Bangunan yang berdiri sekarang adalah hasil renovasi dari sisa
benteng yang masih ada. Masih terlihat menarik, namun kabel listrik yang
dipasang di bangunan benteng terasa mengganggu keindahannya.
Rasa haus datang setelah menjelajahi
benteng ini ditengah cuaca panas dan hembusan angin yang menyejukkan. Kami
mencari mini market terdekat dan sekalian menjadi titik bertemu dengan Sadam
dan Oji—teman Acho. Sadam mengajak ke kebunnya untuk menikmati kelapa muda.
Ajakan yang sungguh-sungguh tidak bisa ditolak pada siang yang panas.
Delapan buah kelapa muda berkulit
hijau telah menyambut saat kami sampai. Saya memuji pemanjat yang tepat memilih
buah kelapa untuk dinikmati. Airnya yang segar dan daging buah yang lembut dapat
menjadi pengganti makan siang.
Salah satu mural yang menarik perhantian di Tidore |
Obrolan selama menikmati
kelapa muda dengan Sadam dan Oji juga sangat membuka wawasan. Selama perjalanan
sejak dari dermaga sampai ke kebun ini, saya banyak melihat tampa dudu (tempat duduk) atau pangkalan
di kiri-kanan jalan yang dihias dengan gambar dan tulisan menarik. Mulai dari
gambar animasi Jepang, bendera negara-negara peserta piala dunia, logo grup
band, logo brand pakaian, mural, sampai tulisan kampanye
pilkada menghiasi pangkalan-pangkalan itu. Seakan ada kompetisi, setiap
pangkalan seperti bersaing menjadi yang terkeren.
“Itu tampa dudu sudah harga mati
di sini, bang. Kalau ada janji bertemu, di sana, kalau ngumpul, di sana.” Sadam
menjelaskan perihal pangkalan itu “Kalau ada yang bakulai(berkelahi atau tawuran) itu tampa dudu yang dibakar duluan. Kalau sudah dibakar, itu harga diri
sudah diinjak-injak.” lanjut Sadam sambil tertawa. Sayapun ikut tertawa, sambil
mencerna kata-katanya yang terakhir.
Tampa dudu yang bertema kampanye |
Setelah dari kebun, Sadam
dan Oji menemani kami ke Benteng Torre yang berada di kaki gunung Kie Matubu.
Benteng Torre juga telah mengalami renovasi dari kehancurannya yang menyisakan
sekitar 30% bangunan aslinya. Benteng ini menghadap ke pulau Halmahera dan
memunggungi gunung Kie Matubu. Gunung Moti dan Makeang di sisi kanan terlihat
seperti gunung kembar di hamparan biru lautan. Saya menyimpulkan,
benteng-benteng di Tidore tidak hanya dibangun untuk bertahan, tapi juga untuk
menikmati keindahan alam.
Pemandangan dari benteng Torre |
Tentang gunung Kie Matubu, Sadam
menceritakan kalau gunung ini tidak bisa didaki oleh sembarangan orang. Izin
dari Sohi (kuncen) gunung sangat
dibutuhkan. Jika mendaki “ilegal”´bersiaplah menghadapi keadaan yang tidak
diinginkan, seperti tertutup kabut selama perjalanan atau angin kencang serta
hujan. Konon, begitulah yang telah dialami Oji dan Sadam beberapa kali.
Awan-awan putih yang
teronggok dilangit mulai tampak kemerahan. Kami memilih jalan pulang melingkar
mengelilingi pulau. Selain tampa dudu, di
sepanjang jalan di Tidore banyak sekali masjid. Maklum seluruh penduduknya
beragama Islam. Pada saat saya sholat Ashar di salah satu masjid, jamaah
dewasanya hanya saya, Sadam dan dua orang anak-anak.Semoga di masjid-masjid
yang lain jamaahnya lebih banyak, harapan saya dalam hati.
Sunset yang indah dari Tidore |
Ada ketenangan, kedamaian,
dan kehangatan di kota kecil ini. Kota kecil yang telah mengambil tempat dalam
ruang rindu saya nantinya. Kepada kota kecil Tidore yang sepi, rapi, dan nyaman,
saya jatuh hati.
Jumat, 11 Desember 2015.
Ternate
Suasananya terlihat nyenengin ya. Jadi makin pengen ke Tidore. Btw foto sunsetnya cakep!
BalasHapusSalam kenal dari Batam :)
Iya mbak, kalau datang ke sana dari keriuhan kota besar mungkin akan lebih terasa menyenangkan lagi dengan ketenangannya. Sepi dan damai.
HapusSalam kenal juga mbak (sekarang) dari Batunsangkar.
Suasananya terlihat nyenengin ya. Jadi makin pengen ke Tidore. Btw foto sunsetnya cakep!
BalasHapusSalam kenal dari Batam :)
sepertinya tidore tempat yang pas untuk sejenak mengidari hinggar bingar ibu kota (Jakarta)
BalasHapusBisa, bang. Akan sangat terasa jika langsung dari Jakarta yang penuh hingar bingar lalu datang ke Ternate yang tenang dan sepi.
HapusFoto reruntuhan Benteng Tahula-nya bikin ngilerrr secara saya pemburu benteng kolonial hehehe. Nice share bro :-)
BalasHapusWah..cocok sekali kalau jalan ek Ternate dan Tidore, mas. Bakal terpuaskan lahir bathin di sana
HapusAku mengenal nama Tidore ketika pelajaran sejarah yg bahas ttg pahlawan gituh... dan rempah-rempahnya terkenal.
BalasHapusAish, sunsetnyaa cantik banget. Bikin ilerrr mo loncat kesanaaa
Saya rasa hampir semua siswa di Indonesia mengenal Tidore dengan cara yang sama.
HapusHati-hati yah kalau mau loncat. hahaha
blm pernah ke ternate tidore... btw mas, di tidorenya sendiri ada penginapan hostel ato hotelkah? kalo ternate aku tau ada.. bgs bgt pemandangan di sana :)
BalasHapusAda mbak, semoga link ini dapat membantu http://travel.detik.com/read/2013/01/31/110440/2157349/1383/keren-penginapan-di-tidore-punya-kolam-renang-air-laut
Hapusposisi uda dima kini da?
BalasHapusDi Jakarta, dan bisuak ka jalan ka Labuan Bajo. Di maa kini?
HapusFotonya cakep, pasti tempat aslinya lebih cakep lagi...
BalasHapusBenar, mas, karena kamera tidak mampu merekam semuanya.
HapusFotonya cakep, pasti tempat aslinya lebih cakep lagi...
BalasHapusIya mbak, apalagi itu hanya difoto pakai kamera Iphone 4 biasa. Kalau ada waktu silahkan kunjungi kota sepi yang menyenangkan itu.
HapusBenteng Torre nampaknya selalu menjadi destinasi wajib. View di sini memang selalu cakap yah!
BalasHapusIya bang, masih banyak benteng lainnya. Pemandangan di sini memang cakep.
HapusIni jadi salah satu wisata yang nantinya bakal di kunjungi, gak sabar pengen kesana.. buat wawasan dlu nih mas..
BalasHapusWah. Semoga segera terwujud, mas. Tempat yang familiar dalam pelajaran sejarah.
HapusWaaah... Asiknyaaa.... Kapan ya saya bisa ke Tidore?
BalasHapusPeliharalah terus keinginannya mas. Biar nanti Tuhan dan keinginan yang dimiliki akan mewujudkannya.
Hapuskerennnn abisss
BalasHapusTerima kasih, mas. Semoga ada kesempatan juga datang ke Tidore
Hapuskakaaa... saya pinjam ya fotonya :D
BalasHapusIya mas, silahkan dengan mention pemilik aslinya ya.
HapusAyo bosku Semuanya,
BalasHapusYuk iseng bermain game untuk mendapatkan uang tambahan setiap harinya Hanya di arena-domino.net
Modal Kecil Dapat Puluhan Juta ^^
Bareng saya dan teman-temanku yang cantik-cantik loh !
Info Situs www.arena-domino.net
yukk di add WA : +855964967353
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc
DEWALOTTO
BalasHapusAgen Slot Terbaik
Agen Situs Terbaik
Situs Agen Judi Online
WWW.DEWA-LOTTO.CLUB
Yuk Gabung Bersama Kami Sekarang Dan Nikmati Berbagai Macam Bonus Menarik Lain Nya Bosku
Menyediakan Deposit Via Pulsa TELKOMSEL / XL
Dompet Digital Via OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
WA : +855 88 868 8229
Online 24Jam Bosku